Filosofi

PENGENALAN (ontologi, epistemologi, dan aksiologi) ILMU KIMIA ZAT PADAT


Kimia zat padat juga dikenal dengan istilah kimia material. Buku ini  menggunakan istilah kimia zat padat karena istilah material masih terlalu umum, material bisa berwujud gas, cair dan padat. Sampai buku ini ditulis, penulis belum menemukan satupun definisi yang komprehensif tentang ilmu kimia zat padat. Penulis sudah mencari di berbagai kamus dan buku kimia (khususnya kimia zat padat dan anorganik) serta artikel ilmiah. Umumnya definisi yang ada masih terbatas pada segi ontologi saja. Definisi ilmu kimia zat padat pada buku ini merupakan hasil kerangka berfikir penulis setelah mempelajari berbagai referensi dan pengalaman penulis sebagai peneliti dan dosen mata kuliah kimia zat padat. Definisi yang komprehensif tentang suatu ilmu harus meliputi ontologi, epistemologi, dan aksiologi.
Secara ontologi, ilmu kimia zat padat adalah salah satu cabang dari ilmu kimia yang mengkaji struktur, jenis, teknik karakterisasi, sifat, reaksi, energi, sintesis, dan pemanfaatan material berwujud padat. Jenis padatan yang sering dibahas adalah padatan kristal. Buku ini dibuat khususnya sebagai bahan ajar mata kuliah kimia zat padat sehingga hanya difokuskan pada pembahasan yang berhubungan dengan rencana pembelajaran semester (RPS) mata kuliah kimia zat padat jurusan kimia UNESA.
Pembahasan dari bagian-bagian ilmu zat padat dibagi dalam berbagai bab untuk mempermudah pembaca dalam mendalami setiap pokok bahasan, seperti  struktur kristal (bab II), jenis kristal (bab III), teknik karakterisasi zat padat (bab IV), sifat padatan (bab V), cacat kristal (bab VI), sintesis dan pemanfaatan zat padat (bab VII).
Sebagaimana ilmu kimia lainnya, ilmu kimia zat padat secara epistemologi dikembangkan dengan metode ilmiah. Metode ilmiah adalah suatu prosedur yang sistematis yang berintikan proses logiko-hipotetiko-verifikatif. Proses tersebut terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut:
a.       Perumusan masalah.
Masalah adalah kesenjangan antara harapan (das Sollen) dan fakta (das Sein). Contoh rumusan masalah: Bagaimana pengaruh penambahan K3PO4 pada berbagai konsentrasi terhadap karakteristik pori NaZSM-5 mesopori? Masalah tersebut muncul dalam rangka membuat katalis yang sesuai harapan, yaitu katalis padatan dengan aktivitas yang tinggi dengan cara mengimpregnasikan katalis K3PO4 pada NaZSM-5 mesopori. Rumusan masalah di atas adalah salah satu rumusan masalah penelitian untuk mengetahui karakterisasi pori katalis K3PO4/NaZSM-5 mesopori sebelum diaplikasikan untuk mengetahui aktivitas katalitiknya (Samik dkk., 2016).
b.      Penyusunan kerangka berfikir
Kerangka berfikir merupakan gabungan simpulan-simpulan hasil berfikir deduktif seseorang dari berbagai khasanah ilmu seperti buku, artikel ilmiah, seminar/konfrensi ilmiah, proses pembelajaran, diskusi dengan ahli atau yang lain. Kerangka berfikir ini disusun secara rasional menggunakan teori kebenaran koherensi berdasarkan premis-premis ilmiah yang telah teruji kebenarannya dengan memperhatikan faktor-faktor empiris yang relevan dengan permasalahan.
c.       Perumusan hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan yang kebenarannya masih lemah dikarenakan pernyataan tersebut belum teruji secara empiris. Pernyataan tersebut merupakan jawaban sementara atau dugaan jawaban pertanyaan yang diajukan yang materinya merupakan kesimpulan dari kerangka berfikir yang dikembangkan.
d.      Pengujian hipotesis/eksperimen
Eksperimen merupakan percobaan yang dilakukan secara sistematis dan terencana dalam rangka mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis yang diajukan untuk memperlihatkan apakah terdapat fakta-fakta yang mendukung hipotesis tersebut atau tidak. Pengujian hipotesis menggunkan cara berfikir induktif yang berdasarkan teori kebenaran korespondensi yaitu suatu pernyataan benar jika pernyataan tersebut sesuai dengan faktanya (obyek yang dituju).
e.       Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan penilaian apakah sebuah hipotesis yang diajukan itu ditolak atau diterima. Jika dalam proses pengujian terdapat fakta yang cukup yang mendukung hipotesis maka hipotesis itu diterima. Sebaliknya, jika dalam proses pengujian tidak terdapat fakta yang cukup yang mendukung hipotesis maka hipotesis itu ditolak. Hipotesis yang diterima menambah khasanah pengetahuan ilmiah karena telah memenuhi persyaratan keilmuan yakni mempunyai kerangka penjelasan yang konsisten dengan pengetahuan ilmiah sebelumnya serta telah teruji kebenarannya. Pengertian kebenaran di sini harus ditafsirkan secara pragmatis artinya bahwa sampai saat ini belum terdapat fakta yang menyatakan sebaliknya. Jika terdapat fakta yang lebih kuat dan lebih valid dari fakta sebelumnya, maka teori yang menjelaskan fakta sebelumnya bisa digantikan dengan teori baru yang menjelaskan fakta terbaru.


 
 Gambar 1.1 Diagram metode ilmiah

Keseluruhan langkah metode ilmiah harus ditempuh agar suatu pengetahuan dapat disebut ilmiah. Langkah-langkah ini secara konseptual tersusun dalam urutan yang teratur, dimana langkah yang satu merupakan landasan bagi langkah berikutnya. Diagram metode ilmiah dapat dilihat pada gambar 1.1.
Setiap ilmuwan yang meneliti di bidang padatan menggunakan metode ilmiah dalam rangka mensintesis dan memanfaatkan padatan untuk kemaslahatan manusia. Secara lebih rinci aksiologi ilmu kimia zat padat akan dijelaskan pada bab VII.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

CHARACTERIZATION K3PO4/NaZSM-5 USING XRD AND FTIR AS A CATALYST TO PRODUCE BIODIESEL

Samik 1 , Ratna Ediati 2 , and Didik Prasetyoko 3 Proceeding of International Conference On Research, Implementation And Education ...